Thursday, November 24, 2016

LKM II ITB - Adab Bertamu


Bismillaah... Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~

 Halo halo teman teman~ maaf saat ini penulis sedang hectic menyelesaikan amanah perkuliahan ._.
Tapi dibalik kesibukannya dalam mengerjakan tugas akhir, penulis tidak lupa bekerja dan mencari penghasilan untuk menafkahi.... dirinya sendiri. 

Ini salah satu hikmah yang didapat penulis saat "bekerja" mencari nafkah :D
Rabu malam, 2 November 2016 lalu - penulis bermaksud untuk mendaftar menjadi volunteer di suatu event di Jakarta - biar dapet kecengan *eh - kenalan *eh - penghasilan maksudnya haha. Saat ingin mendaftarkan diri di Instagram (Iya, penulis punya instagram : rfathulazhar) tiba-tiba terfikirkan buat bantu publikasi acaranya Salman ITB ke kang Luthfie - eh malah ditawari untuk jadi fasilitator di acara Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (selanjutnya ditulis LKM) II ITB 2016.

Apa itu fasilitator ? Fasilitator adalah orang yang bertugas untuk memberi fasilitas - pada acara ini, bisa dibilang panitia x'D Lebih spesifiknya sih sebagai logistik, tapi pada hari-H fleksibel juga masuk ke acara, walau ga sampe ngurus perizinan maupun perdanlapan, yah, jadi orang teater ada, jadi pengawas ada, dokum bisa, time keeper oke~

Hingga datang hari-H, berangkatlah kami para fasilitator dan seluruh peserta ke SECAPA AD Bandung dari Lapangan Basket ITB pada pagi hari - dimana saat itu penulis masih khawatir sekali karena draft laporan Tugas Akhir penulis harus dikumpulkan hari itu juga T_T Tapi yaa solved akhirnya... mungkin. Semoga ga kebawa sampai sekarang :')

Acaranya? Lumayan, ada pengenalan lingkungan dan aturan di SECAPA AD Bandung, sambutan, apel, materi, games, acara-cara kepemimpinan gitu lah. Sampai pada malam terakhir menginap... ada satu acara yang belum pernah penulis alami di acara-acara lain. Sesi yang sebenarnya sudah menjadi common sense untuk dilakukan - namun tergerus oleh perkembangan zaman.

 Sesi silaturahmi antara tuan rumah dan panitia.

Silaturahmi kepada yang empunya rumah, karena sejatinya saat itu kita adalah tamu. Dari sekian banyak adab bertamu yang diajarkan dulu saat sekolah, ternyata hal yang satu ini sering sekali luput dari pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal tuan rumah, dan juga memperkenalkan diri agar dikenal tuan rumah. Selain untuk keamanan rumahnya, tuan rumah jadi bisa memberikan pelayanan lebih agar sang tamu merasa menjadi raja - dalam konteks positif - dan mempererat silaturahmi pada dua belah pihak.

Mahasiswa sebagai tamu
Dan tidak hanya saat acara-acara saja. Penulis sebagai mahasiswa sering mendapat keluhan dari tetangga maupun dari pejabat RT RW sekitar, bahwa zaman sekarang sudah jarang sekali ada silaturahmi dari para mahasiswa yang menetap sementara di daerah tersebut. 

"Mereka baru datang ke kantor kami pas ada barang kecurian aja"

Hm... Seperti itukah tamu seharusnya bertindak ? "Datang disaat ada butuhnya" itu slogannya seorang teman, bukan tamu x'D Tapi hey, ini serius - kita ini tamu loh. Sebagai orang yang merantau dan menetap di suatu daerah, apalagi namanya kalau bukan tamu? Lantas... kenapa tidak memperkenalkan diri kepada tuan rumah? Ada juga slogan yang sudah sangat jarang dilakukan oleh orang-orang zaman sekarang:

"Tamu lebih dari 1x24 jam wajib lapor" [1]

Dari sekian banyak adab bertamu, hal ini sering sekali dilupakan. Dengan melaporkan keberadaan kita, maka pejabat sekitar, penduduk sekitar, akan tahu bahwa kita menetap di daerah mereka. Mereka akan tahu bahwa orang yang suka keliaran jam 3 itu ternyata ngekos di rumah itu, dan bukan maling. Dengan melapor, penduduk akan bersikap ramah terhadap kita karena kita akan dianggap sebagai tamu yang beradab, dan patut untuk diberikan pelayanan yang layak.

Belum lagi sebagai tamu, seringkali kita melanggar peraturan peraturan setempat. Penulis paling sebel sama orang yang pulangnya jam 3 tapi motornya ga dimatiin -"- Oke fine saya sih tidak masalah, belum tidur juga jam segitu *eh curhat*. Tapi mbo ya pikirkan penduduk setempat yang baru pulang kerja, atau mungkin anaknya baru bisa tidur jam segitu... Sebagai tamu, kita kadang-kadang bertingkah (sangat) kurang ajar (sekali).

Yaa alhamdulillaah kalau situ pembaca udah sering kenalan sama penduduk asli di satu acara atau kasus-kasus lain, kebetulan penulis ini cuma berbagi ke orang yang belum melakukan :v

Manusia sebagai tamu
Tau gak, apalagi yang sering kita lupakan bahwa kita itu adalah seorang tamu ? Yak, manusia adalah tamu di bumi ini, di dunia ini. Telah jelas bahwa manusia hidup hanya sementara, dan manusia tidak memiliki bumi maupun dunia ini seutuhnya. Manusia tidak berhak untuk bertindak semena-mena karena.... ya karena manusia tidak memiliki apapun di bumi ini.

Seringkali bahwa penulis menjadi tamu yang kurang ajar karena tidak mengenal siapa tuan rumahnya. Penulis menjadi tamu yang kurang ajar karena melanggar aturan-aturan tuan rumah, dan tidak melaksanakan adab-adab bertamu yang sepatitnya dikerjakan. Disini proses introspeksi dirinya penulis serahkan ke masing-masing aja ya....

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih buat teman-teman yang mau bertamu dan membaca tulisan ini >_< Penulis meminta maaf sebesar-besarnya jika masih belum bisa menjadi tamu yang baik dan beradab. Semoga kita diberi kekuatan dan kesadaran untuk mengingatkan satu sama lain~

Oh iya, ini dokumentasi LKM kemarin, tapi isinya kebanyakan peserta.. buat fasilitatornya sih katanya belum diupload haha. Sedot aja langsung ke TKP gan~


Wa billaahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~



Tuesday, November 22, 2016

iGEM ITB 2015

Bismillaah

Page ini nantinya akan bercerita tentang tim iGEM ITB 2015 😼
"nanti"

silahkan berkunjung kesini saja dahulu hehe


Monday, November 7, 2016

Mentoring Selasa Pagi - Setelah Hati Telah Lama Tak Dibasahi



Koridor Timur Masjid Salman ITB di pagi hari

Bismillaah... Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~

There's something special this morning. But before that, let me tell some terms that you might not know:
Mentor (KBBI) = pembimbing atau pengasuh (biasanya untuk mahasiswa)
Mentee (Merriam-Webster) = orang yang dimentor oleh mentor
Mentoring = suatu kegiatan berupa transfer pengetahuan dari seorang mentor kepada mentee. Namu tidak memungkinkan jika ternyata mentor-lah yang mendapatkan pengetahuan dari sang mentee , karena yang namanya ilmu itu - menurut penulis - bisa didapat dari siapa saja dan dari mana saja. 

Contohnya seperti pagi ini.

Karena kesibukan yang membuat penulis menjadi orang yang paling (sok) sibuk sedunia, penulis tidak melakukan kegiatan yang namanya mentoring - baik ngementor ataupun dementor.. eh, dimentor maksudnya hehe.

Banyak sekali penurunan yang dialami oleh penulis dari sejak terakhir kali mentoring, baik dari segi spiritual maupun secara fisik. Ibadah harian, sharing motivasi, ah, pokona loba pisan. Sampai pada akhirnya, sering sekali mentee yang ngajak: "kak, mentoring lagi yuk" dan penulis cuma bisa hayu-hayu bari cicing (ayo tapi malah diem). Di jalan sih, suka kepikiran "Nanti ngeinisiasi di grup mentoring ah" tapi sayang sekali selalu jadi wacana T_T

Sampai pada akhirnya Helmi-lah yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menginisiasi per-mentoring-an di grup dimana penulis menjadi mentor. Dan memang,

"The journey of thousand miles begins with one step" - Lao Tzu

Inisiasi adalah salah satu hal yang paaaaling sulit yang penulis alami selama ini. Banyak orang yang sadar akan masalah yang dihadapi, namun sedikit yang mau menginisiasi dalam memecahkan masalah tersebut. Ah, ini saatnya sang mentor mengambil catatan pada buku tulis kecilnya, bahwa inisiasi bisa mempermudah kita dalam melakukan hal-hal lainnya.

Dan terpilihlah, Selasa pagi sebagai hari "perdana" mentoring, setelah sekian lama. Saat itu, Helmi sudah datang dan sedang mengincar sarapan gratis dari KKP ITB (setiap hari Selasa, Rabu, dan Jum'at pagi - selama persediaan masih ada, mulai dibagikan jam 06.00 WIB. Alhamdulillaah penulis juga dapat hehe). Setelah itu kami pindah ke koridor timur Masjid Salman ITB. Walau belum ada mentee lain yang datang, mentoring tetap harus dimulai karena penulis berjanji untuk memulai mentoring pukul 06.00 WIB (dan sudah telat beberapa menit, maafkan)

Dimulai dengan membaca QS Al-Furqan ayat 33-77. Surat yang penulis pilih secara acak dan  ada tiga bookmark yang ditempelkan pada range ayat tersebut. 

bookmark di QS Al-Furqan

Ayat yang mengingatkan penulis bahwa dunia bukanlah segalanya, uang tak perlu dikejar sedemikian rupa, dan wanita bukanlah seorang yang harus penulis risaukan setiap hari.

"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?" QS Al-Furqan ayat 43

Ada juga ayat yang mengingatkan penulis bahwa begadang untuk mengerjakan tugas - apalagi untuk hal lain - itu tidak selalu baik.

"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha" QS Al-Furqan ayat 47

Dan terakhir, ayat yang mengingatkan penulis bahwa perlu usaha lebih jika ingin memiliki pasangan yang qurrota a'yun. Apa itu qurrota a'yun? Saat membaca ayat dibawah, penulis jadi teringat video Nouman Ali Khan.

"Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa" QS Al-Furqan ayat 74

Lagi, melalui mentoring ini, penulis diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Mentoring kemudian dilanjutkan dengan menanyakan kesibukan dan amanah mentee. Juga passion dan planning kedepannya mau kaya gimana, sampai akhirnya penulis menanyakan tentang amal harian - dimana di setiap pertanyaannya, penulis meringis kesakitan karena penulis tidak lebih baik daripada sang mentee. Introspeksi diri buat penulis, harus mulai banyakin amal harian lagi.

Mentoring pagi pun ditutup dengan ucapan hamdalah dan do'a penutup majlis. 

Akhir kata, banyak sekali hikmah yang penulis dapat, dan tidak menutup kemungkinan bahwa mentor tidak mendapatkan apapun dari mentee. Anggapan seperti itu hanya terjadi jika kita sombong dan tidak mau membuka diri. Penulis berdo'a, semoga kita selalu diberi kemampuan untuk mengambil setiap hikmah pada setiap kejadian yang ada di dunia ini - dari manapun, dari siapapun. Semua hidayah datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan kesalahan datangnya dari penulis yang hanya seorang manusia, tempatnya salah dan lupa.

Wa billaahi taufiq wal hidayah, 
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~



Monday, October 24, 2016

How to Handle Writer's Mood Swings - Part 1: Low Self-Esteem

Bismillaah... Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh guys :)

Pada tulisan kali ini, In Syaa Allaah penulis akan memberitahu beberapa penyebab dan cara yang mungkin berguna buat kamu yang udah kesel sama kecepatan perubahan mood penulis. Kamu juga mungkin bingung apa yang harus dilakukan kalau si penulis ini sedang menularkan mood ini kepada orang-orang sekitarnya. Semoga pengetahuan ini dapat digunakan secara semestinya dan harapannya kamu bisa memberi saran kepada penulis - atau paling tidak, memaklumi keadaan penulis :')

1. Minder dan Guilty
Salah satu penyebab hilangnya mood penulis adalah sesuai judulnya: low self-esteem.
Yak betul sekali ! Seorang penulis yang dibalik cerita-cerita anaknya aktif, bocah, dan kelihatan selalu bahagia - alhamdulillaah, semoga yang diceritakan itu bisa jadi kenyataan - ternyata suka merasa minder.

Rasa minder ini biasanya menjadi parah ketika penulis merasa bersalah saat melakukan satu atau beberapa kesalahan sehingga membuat orang lain merasa illfeel terhadap penulis. Penulis menjadi kesal terhadap ketidakmampuan atau ketidakbecusan dirinya sendiri (penulis itu orangnya terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya). Akibatnya, penulis menjadi (sangat) murung dan enggan untuk bergerak aktif. Jika kamu-kamu melihat penulis yang memiliki ciri-ciri tersebut (muka murung, enggan beraktifitas), mungkin beliau sedang mengutuk dirinya sendiri u_u


2. Contoh kasus
1. Penulis mendapatkan pesan bagus atau butuh bantuan, dan ingin membantu teman tersebut dengan menyebarkan pesan tersebut kepada orang lain. Namun karena terlalu terburu-buru, penulis lupa menanyakan apakah hal ini boleh disebarkan atau tidak, sehingga hal yang mungkin bersifat pribadi bagi pengirim pesan menjadi tersebarkan. Sang pengirim pesan marah dan BAM! Datanglah rasa bersalah yang difollow-up dengan rasa minder. Penulis menjadi takut untuk membantu orang lagi karena takut akan melakukan hal yang sama, dan terus menerus mengutuk dirinya atas ke'tergesa-gesa'annya.

2. Penulis merasa bersalah karena dibilang terlalu mencampuri urusan orang. BAM! Rasa bersalah datang lagi, minder, dan akhirnya takut untuk menanyakan kabar atau menawarkan bantuan terhadap kehidupan pribadi orang lain.

3. Pengobatan 
Alhamdulillaah mood ini tidak menular. Dalam kondisi ini, penulis merasa takut untuk bertemu orang lain dan memilih untuk menyendiri dalam beberapa waktu kedepan. Sambil memikirkan perbaikan apa yang harus dilakukan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, penulis pun memikirkan bagaimana cara meminta maaf sesungguh-sungguhnya kepada pihak yang tersakiti. Ucapan semangat mungkin tidak akan banyak membantu... 
Penulis akan semangat bila melakukan suatu hal yang membuatnya merasa berguna. Kepercayaan kamu-kamu terhadap beliau membuat penulis merasa bukan seonggok sampah yang numpang hidup di Bumi ini. Dan tentunya, pemberian maaf dari pihak yang tersakiti sangatlah membantu penulis dalam memaafkan dirinya sendiri.

Rasa minder memang berbahaya bagi diri sendiri, salah satunya dapat menyebabkan inferiority complex (kaya yang tau aja qi itu apaan haha). Penulis juga sepenuhnya sadar bahwa mood itu bukan hal yang baik kalau terlalu diekspos kepada orang lain. Namun terkadang ego penulis lebih besar dan mengalahkan akal sehat sehingga yah, seperti yang kamu lihat, bahwa penulis gampang sekali berubah mood. -_-"

Seperti yang telah penulis sebutkan di atas, harapannya dengan adanya tulisan ini kamu-kamu bisa tahu manuver apa yang sebaiknya dilakukan ketika menghadapi sosok penulis yang sedang berubah moodnya hehe. Minimal, sebisa mungkin penulis ingin kamu memahami keadaan penulis (maaf kalau bagian ini agak egois). Harapan paling besarnya sih, kamu dapat memberi saran kepada penulis apa yang harus penulis lakukan untuk mengatasi rasa minder dan rasa bersalah yang sering melanda penulis.

Akhir kata, semoga kamu-kamu bisa terhindar dari mood penulis dan kita semua dapat memahami satu sama lain. Tetap semangat menjalani hidup, be yourself, forgive yourself. Let the past be a lesson to learn. Don't be sad, always be grateful for all the things that Allah gave to you. Penulis meminta maaf sesungguh-sungguhnya bila banyak korban yang berjatuhan akibat mood penulis, dan mungkin kamu yang sedang membaca ini adalah salah satu korbannya. Semoga penulis bisa bertindak lebih dewasa lagi, bertambah baik dan selalu memperbaiki diri sendiri dan sekelilingnya.

wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~

Wednesday, October 19, 2016

Tahsin/Tajwid - Bagian 1 Pengertian, Tujuan, dan Hukum Mempelajarinya

Bismillaah... 
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh, temen-temen~

Pada sesi kali ini, penulis ingin mencoba berbagi ilmu[1] yang kebetulan dapet dari hasil beberes "kantor" di salah satu bidang di Masjid Salman ITB. Beberapa juga saya dapat dari teman saya yang alhamdulillaah berguru kepada yang memang bersanad. Semoga kamu yang kebetulan sedang membaca ini - mendapatkan ilmu baru - atau berkeinginan buat menyebarkan ilmu yang kamu dapat - atau mendapat semangat untuk mencari guru sendiri - atau nyari temen buat belajar tahsin/tajwid bareng, ciee ahay :)

===================================================================

1. Pengertian
Tahsin dan tajwid - secara bahasa artinya membaguskan, memperindah, dan menghias. Sedangkan tajwid secara istilah adalah:

"Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan haq-nya serta memberikan mustahaq-nya"

2. Tujuan
Kenapa sih, kita umat Islam harus belajar tahsin/tajwid? Sebagaimana kita tahu bahwa pedoman kita, Al-Qur' an diturunkan dalam bahasa arab. Dalam pembacaannnya, bahasa Arab sangatlah berbeda dengan bahasa Indonesia, dimulai dari tiap-tiap huruf hingga "vokal"nya. Tujuan dalam mempelajari ilmu tajwid adalah:

"Menjada lidah dari kesalahan ketika membaca Al-Qur' an"


3. Hukum Mempelajarinya
Mempelajari tahsin/tajwid sebagai suatu ilmu pengetahuan atau teori tersendiri merupakan fardhu kifayah. Adapun dalam mempraktikkan kaidah-kaidah ilmunya merupakan fardhu 'ain. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala pada Q.S Al-Muzammil : 4 yang artinya:

"... Dan bacalah Al-Qur' an itu dengan tartil"

Menurut Ali bin Abi THalib, pengertian tartil dalam ayat tersebut adalah:

"Mentajwidkan huruf-hurufnya serta mengetahui tempat-tempat pemberhentiannya"

===================================================================

Walau tidak semua berakibat fatal, kesalahan pembacaan bahasa Arab dapat merubah arti kata yang sedang kita baca. Jika kita tahu beberapa contoh dari perubahan ini, tentu kita akan sangat berhati-hati dalam membaca Al-Qur' an. Tujuan penulis memberi tahu hal ini bukan untuk menakut-nakuti kamu sehingga jadi takut untuk baca Al-Qur' an - penulis ingin menyemangati kamu-kamu supaya semangat belajar membaca Al-Qur' an dengan baik dan benar :)

Akhir kata, semoga kita terus diberi kekuatan untuk mempelajari ilmu tahsin/tajwid. Jangan lupa bersyukur bahwa kita masih diberi kesadaran oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala betapa pentingnya ilmu ini. Jika tidak, mungkin kita akan salah dalam membaca Al-Qur' an sepanjang hidup kita... 'kan, ngeri :o

Semoga penulis diberi keistiqomahan dalam menulis seri tahsin/tajwid ini ya hehehe. Semua kebenaran hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala, apabila ada kesalahan dari tulisan ini penulis berharap sebanyak-banyaknya tas masukkan, baik saran, kritikan, maupun perbaikan dari yang lebih berilmu. Penulis masih dalam tahap belajar.. :') 

Wallaahu a'lam

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~


[1]Imana, Yudi. 2008. Sudahkah Baik dan Benarkah Al-Qur' anku? Panduan Tahsin/Tajwid Sistematis Metode 'Asyarah. Bandung: Khazanah Intelektual.

Wednesday, September 21, 2016

Aku ? Jadi Duta Islam?

Bismillaah....
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh~

Kawan-kawan, tahukah bahwa kita-kita ini adalah duta Islam? Lalu, bagaimana seharusnya duta Islam bersikap dalam kehidupan sehari-hari?

Pada suatu hari, mentoring malam bersama kang A*** (beliau request untuk tidak disebut namanya) , diawali dengan tilawah dan kemudian cerita suatu peristiwa yang terjadi saat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memasuki kembali kota Makkah, yang biasa dikenal dengan peristiwa Fathu Makkah (bukan Fathul Azhar). 

Pada saat itu, penduduk Makkah sudah tidak dapat melakukan perlawanan dan merasa takut akan pembalasan Rasulullah atas perilaku mereka kepada beliau dulu. Dulu, penduduk Makkah pernah menghina, mencaci maki dan menganggap Rasul itu gila dan penyihir. Tidak hanya itu, Rasul juga dilempari batu, ditaruh kotoran dan benda tajam sepanjang perjalanan, diboikot, dan hampir dibunuh ketika beliau sedang tidur. 

Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam membereskan Ka'bah dan isinya, kaum Quraisy berkerumun menunggu keputusan Rasul. Beliau kemudian bersabda: 

"Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?”

Mereka menjawab:
“Yang baik-baik, sebagai saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.” (Karena takut dibalas dengan perlakuan yang serupa, kaum Quraisy mencoba untuk memuji-muji Rasul)

Rasulullah kemudian membalas:
"Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!"

Dan memang saat itu, di awal mentoring kami membaca Qur' an Surat Yusuf ayat 92 yang menceritakan tentang pemberian maaf dari Nabi Yusuf 'alaihissalaam kepada saudara-saudaranya. Betapa indahnya ketika kita saling memaafkan, saling toleran, dan mengingatkan - dengan cara yang baik, meskipun kepada orang yang berbeda agama dengan kita. Kepada non-muslim saja kita harus berlaku adil seperti kepada teman baik, apalagi kepada saudara kita sesama muslim.

===================================================================

Di zaman sekarang, banyak sekali diantara kita-umat muslim yang saling mengkafirkan dan membid'ahkan sesama muslim. Walaupun kita tahu dan harus tegas bahwa sesuatu memang bid'ah ataupu melanggar aturan Islam, bukan berarti kita dapat berlaku kasar kepada pelanggarnya. Bisa jadi karena perilaku umat muslim saat ini, ada seorang non-muslim yang hampir mu'allaf batal masuk Islam dan malah menjadi anti-Islam.

Tentu kita tahu bahwa Islam itu benar dan muslimnya lah-yang tidak merepresentasikan Islam dengan benar. Namun, kita tidak dapat memaksa orang lain untuk tidak melihat Islam dari diri kita. Karena setiap muslim itu adalah duta Islam, setiap muslim itu adalah cerminan Islam di mata non-muslim. Apa yang kita lakukan kepada sekitar kita, maka itulah Islam menurut mereka.

Maka dari itu, selain mempererat hubungan kita dengan Sang Pencipta, Allah juga memerintahkan kita untuk menjadi rahmatan lil 'alamin, berbuat yang makruf, menjauhi yang munkar. Menjalin hubungan yang baik juga terhadap sesama manusia dan alam sekitar, itulah Islam. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta'ala pada Al-Qur' an:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali-Imran : 104)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam juga diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Dengan perangai beliau yang luar biasa, patutlah beliau diberi gelar manusia terbaik. Dan mungkin, atas izin Allah, Islam dapat mudah diterima oleh kaum non-Islam di masa itu karena sang Al-Amin lah yang membawakannya, dan mencontohkan akhlak yang terbaik yang dapat dimiliki seorang manusia. Menjenguk orang sakit yang suka menyakiti beliau, menyuapi makan orang buta yang mencaci beliau, dan menolak tawaran malaikat menimpakan gunung kepada kaum yang melemparinya batu - bahkan mengampuni juga mendoakan mereka.

Dakwah berarti mengajak, mengundang untuk datang - dan suatu undangan tidak sepatutnya dilakukan secara kasar ataupun secara paksa. Bila dipaksakan, yang terjadi hanyalah pemberontakan dan rasa tidak suka yang lama-kelamaan menjadi bumerang bagi sang pengajak.

Memang setiap orang memiliki perannya masing-masing, ada yang memiliki passion untuk mencari ilmu Islam, ada juga yang memiliki passion untuk menyebarkan indahnya Islam. Semua memiliki nilainya sendiri yang hanya diketahui oleh Allah. Yang bisa kita lakukan adalah saling mendukung satu sama lain agar terciptanya kejayaan Islam di bumi ini, In Syaa Allaah...

Akhir kata, semoga kita dimudahkan dan tidak menyia-nyiakan untuk berpartisipasi dalam menegakkan Islam. Adapun apabila ada redaksi yang diragukan kebenarannya, saya sebagai penulis merasa sadar akan kurang ilmu dan meminta saran, masukkan, maupun komentar terhadap tulisan ini agar tercipta tulisan yang lebih baik kedepannya.

Wallaahu a'lam

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

Wednesday, September 14, 2016

Mastatha'tum - Fight Until Allah Says Stop!

Bismillaah...
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh, calon-calon jenazah ! :')

Kali ini saya ingin berbagi cerita saya yang benar-benar *hampir saja* membuat saya menjadi jenazah (lebay). Di suatu hari yang random, saya diajak renang oleh teman saya. Berangkatlah kita ke kolam renang di pagi yang alhamdulillaah cerah. Tak terasa satu setengah jam berlalu, walau ngga jago-jago amat dalam berenang, badan lumayan capek (beberapa jam setelah itu baru nyadar kalau badan capek banget).

Pada saat putaran akhir - dimana badan udah kedinginan, kaki gemetar, seems like tenaga udah abis, - teman saya ngajak buat nyebrang sekali lagi sebelum udahan renangnya. Dan tidak disangka-sangka, ketika saya baru setengah perjalanan, tenaga saya sudah habis - benar-benar habis, sehingga mau menepi pun susah sekali ._.

Saat badan sudah lemas, air kolam sudah terminum banyak, tangan dan kaki tak bisa mendayung atau pun memberi sinyal, dan suara pun tak bisa meminta tolong - hingga pada akhirnya Allah memberi beberapa tetes tenaga terakhir sehingga akhirnya saya bisa menepi dan tidak jadi tenggelam - alhamdulillaah.

Beberapa saat, beberapa menit, beberapa jam setelah kejadian tersebut... Saya jadi selalu teringat tentang teman saya Sahlan Ramadhan yang membuat status di media sosial:

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu (mastatha'tum) dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. At-Taghabun, 64: 16)

Sekarang, apa itu mastatha'tum ? Masih pada status yang sama, beliau menceritakan suatu kisah menarik:
========================================================================
Pada suatu saat beliau ditanya oleh muridnya,

“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatha’tum”?

Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan semampu mereka. Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir dan jumlah putaran setiap murid akan berbeda. Satu putaran masih belum terasa. Putaran kedua berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran ketiga. Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah, menyerah. Mereka semuapun menepi ke pinggir lapangan, kelelahan. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, semampu mereka.

Setelah semua muridnya menyerah, Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan. Semua murid kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua itu kepayahan. Satu putaran masih berseri seri. Dua putaran mulai pucat pasi. Tiga putaran mulai kehilangan kendali. Menuju putaran yang keempat Sang Syekh makin tampak kelelahan, raut mukanya memerah, keringat bertetesan, nafas tersengal-sengat tidak beraturan. Tapi dia tetap berusaha. Beliau terus berlari sekuat tenaga, dari cepat, melambat, melambat lagi, hingga kemudian beliaupun terhuyung tanpa tanpa penyangga. Energinya terkuras habis tak tersisa. Beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.

Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya,
“Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?”
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatha’tum! Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita”. Jawab Sang Syekh dengan mantap.
========================================================================
Yak, tidak sadar bahwa kejadian yang saya alami tadi adalah mastatha'tum - bukan tenggelamnya yang ingin saya tekankan, tetapi apa yang saya rasakan sebelum berenang hingga tetes terakhir.

Jadi.. hmm.. apa ya. Mungkin ini yang menyebabkan saya mastatha'tum saat berenang:
1. Baca Bismallaahirrahmaanirrahiim, benerin niat,
2. Percaya diri bahwa saya masih bisa menyelesaikan sesuatu, dan
3. Merasa nothing to lose - just do it dalam mengerjakan sesuatu.

Dan hikmah lainnya yang saya dapatkan, itu tentunya rasa syukur yang luar biasa karena Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk bernafas di udara - dan bahwa kematian bisa datang dari arah yang tidak kita duga-duga.

Akhir kata, semoga kita menjadi orang yang mastatha'tum - berjuang hingga Allah yang memberhentikan kita dalam bertakwa kepada-Nya. Banyak-banyak bersyukur dan mengingat kematian. As always, saya meminta masukan berupa kritik maupun saran agar kedepannya tulisan saya dapat menjadi lebih baik lagi, hatur nuhun~

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~

Tuesday, September 13, 2016

Short Intro - Writer's purpose on this blog

Bismillaah... 
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh ! :)

Buat kamu yang ngga sengaja menemukan blog ini, saya panjatkan do'a semoga mendapatkan satu-dua hikmah yang bisa diambil dari *curhatan* saya di blog ini :'3

Perkenalan singkat saja, nama saya Rifqi Fathul Azhar, manusia asli *Kabupaten* Bandung kelahiran Oktober 1995. Anak pertama dari pasangan Iwan Syarif Setiawan dan Nurhayati, punya 3 adik laki-laki. Makanan kesukaan.. Alhamdulillaah saya suka semua jenis makanan yang halal, apalagi kalau dimasakin sama Umi~

Born to be moslem and proud to be moslem! Ingin menjadi Hamba Allah subhanahu wa ta'ala yang ta'at, mengidolakan Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam, sedang mencoba untuk menjadi fans berat beliau. Do'akan saja ya~

Sebenarnya saya ini orang yang ngga terlalu suka-suka amat buat menulis - atau membaca - atau sesuatu yang berbau dengan tulisan. Saya lebih prefer ke hal yang lebih visual - gambar, video - oleh karena itulah hobi saya baca komik sama nonton youtube hehe. Oh iya! Saya juga sebenarnya sudah punya blog sendiri ko, nih cek: Acha's dream

Tapi seperti yang dapat kamu lihat, ada beberapa gambar yang hilang dari blog tersebut. Setelah ditelisik, ternyata ada kapasitas tertentu yang disediakan ITB dalam mencantumkan gambar pada blog tersebut (ah si Rifqi na weh yang ga bisa ngebenerin). Dan lagi, sebagai manusia yang sebentar lagi meninggalkan kampus ini, saya hendak memindahkan cerita-cerita saya disana agar bisa terlihat lebih rapi di blog baru ini. So buat kamu yang penasaran sama beberapa tulisan saya, check that out!

Kembali lagi, sebagaimana-tidak-senangnya kamu dalam membuat karya tulis, tak ada salahnya mencoba untuk menulis - mengingat bahwa Imam Syafi'i pernah berkata bahwa:

 "Ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan pena adalah tali pengikatnya. Maka ikatlah binatang buruanmu dengan tali yang kuat"

Yap ! Saya punya banyaak sekali pengalaman hidup yang ingin saya share kepada dunia. Namun jika tidak saya tuliskan.. maka In Syaa Allaah saya pasti lupa. Kamu juga pasti punya kejadian unik kan? Saya sebagai penulis blog ini hanya ingin berbagi sudut pandang dengan pembaca yang mampir kesini. Sekali lagi saya panjatkan do'a, semoga kamu-kamu sekalian mendapatkan satu-dua hikmah yang bisa diambil dari tulisan saya yang sederhana.

Akhir kata, saya sebagai seorang manusia sadar betul akan fitrahnya dalam melakukan kesalahan. Saran dan masukkan dari kamu akan sangat saya apresiasi, agar penulisan blog ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~