Bismillaah....
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh !
Hai teman-teman, pernah mendengar kalimat seperti judul di
atas? Kalimat yang akhir-akhir ini menjadi agak viral di kalangan perguruan
tinggi yang sedang merayakan momen wisuda - tampaknya karena ada massa kampus
yang niat banget membawa spanduk seperti di bawah:
Asal muasal meme "Wisuda atau Bagi Raport"
Kalau membawa pendamping wisuda (selanjutnya akan disingkat
PW) berarti dibilang wisuda, kalau hanya membawa orangtua dan keluarga dibilang
bagi raport :))
Tanggal 1 April 2017 lalu, penulis pun mengalami momen
wisuda dari suatu institut teknologi di Bandung, dan status penulis bisa dilihat sesuai gambar berikut:
Eh maaf penulis salah unggah, harusnya foto yang ini :
Pendamping Wisuda Penulis
Jadi, status penulis saat 1 April 2017 lalu adalah "Wisuda" ! Yeay~
PW penulis tidak lain dan tidak bukan adalah wanita
tercantik di dunia, tak diragukan kemampuan memasaknya, sabar tiada tara, guru-akuntan-istri-ibu-semuajadisatu ! Wanita yang mendebarkan jiwa, merasuk di sukma, terpanut
selamanya (penulis sedang berusaha untuk memuji beliau setinggi-tingginya, tapi
apa daya wkwk)
Ummi beserta anak-anaknya dan suaminya,
Abi - datang untuk
menemani penulis di hari yang kata orang “
today is yours”. Banyak teman-teman
penulis yang datang memberi selamat ini itu, foto bersama ini itu, tapi
mayoritas dari mereka hanya datang di saat yang berbahagia – bahkan sepertinya hanya sedikit yang terbangun di sepertiga malam untuk mendoakan penulis melewati
sulitnya masa-masa sebelum wisuda.
Ingin rasanya.. penulis mengatakan “today is
ours” :’)
Keluarga Penulis
Namun bukan berarti penulis tidak menghargai teman-teman
yang lain :’) Kalian da best kok! Memang ada saatnya kita senang bersama, susah
sendiri *eh bersama maksudnya. Penulis berterima kasih sebanyak-banyaknya untuk
pihak yang memberi hadiah, pihak yang cuma minta foto, pihak yang memberi
selamat lewat medsos, pihak yang mendoakan secara diam-diam *eh, dan
pihak-pihak lainnya :)
Mungkin di lain kesempatan penulis akan membuat tulisan mengenai teman-teman yang datang saat wisuda penulis. In Syaa Allaah.
======================= HIKMAH ===========================
Okay balik lagi ke masalah wisuda atau bagi raport. Beberapa
diantara teman-teman mungkin ada yang protes bahwa “Ah penulis bercanda nih, masa
bawa keluarga aja dibilang wisudaan, itumah bagi raport!”
Err gini ya teman-teman... Sekilas meme tersebut memang lucu
dan penulis pun sempat mem-viralkan quotes tersebut, hingga beberapa menit
kemudian teman penulis bernama teh Feranti membagikan meme tersebut dari sudut
pandang yang berbeda, yang membuat penulis tersadar dan langsung merasa
bersalah.
Respons teh Feranti yang menusuk raga *bukan promosi OA
Dibalik kelucuannya...... rasanya (secara tidak langsung) merendahkan
status orang tua penulis. Teman-teman merasa gitu juga,
ngga? Seakan-akan
orangtua kita itu...
ah gitu weh lah, penulis tak bisa menuliskan kata yang
tepat untuk menggambarkan hati yang gundah gulana akibat
meme ini. Sontak
penulis menghapus postingannya dan bertekad untuk menulis blog tentang hal
ini... suatu hari nanti... Dan
voila ! Jadilah beberapa kalimat dan cerita di
atas.
==================================================================
Oh iya karena penulis pernah mengalami hal yang sama.... Bagi teman-teman penulis yang belum wisuda, penulis hanya bisa memberikan semangat! Memang penulis tidak merasakan penderitaan se-lama kalian, tapi penulis juga pernah kok ditinggal wisuda ehe.
Jika butuh curhat atau apapun, teman-teman bisa meminta tolong kepada Allah – Penulis sih mau-mau saja mendengarkan curhatan dan ingiin sekali membantu teman-teman, tapi apa daya kalau penulis hanyalah makhluq yang tidak bisa melakukan apa-apa...
Iyyaaka na’budu – Hanya kepada-Mu lah kami menyembah
Wa iyyaaka nashta’iin – dan hanya kepada-Mu lah kami meminta pertolongan
Hayo, minimal 17 kali bilang seperti itu loh~ Semangat semangat !
Sebagai penutup... Penulis berharap semoga kedepannya tidak
meremehkan status orang tua yang sudah mendidik kita hingga akhirnya menjadi
pribadi yang seperti ini.. Walau tentu masih banyaak sekali kekurangan yang
dimiliki, tapi itu munculnya dari diri penulis :’) Terima kasih ya Allaah, Engkau
telah melahirkan dan mendidikku melalui keluarga yang saat ini kumiliki.
Ampunilah kesalahanku dan kesalahan kedua orang tuaku, sayangilah mereka
sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.
Terima kasih buat teman-teman yang masih stay tune sama penulis yang ceritanya ga
jelas seperti ini :’) Tepuk tangan untuk kalian semua!
Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh
*Ummi (Bahasa Arab) berarti Ibuku dalam bahasa Indonesia, Abi berarti Ayahku. Ummi - Abi adalah panggilan yang dipakai penulis kepada Ayah dan Ibu penulis.