Sunday, November 4, 2018

Notula SPN Hari Kedua

Bismillaah, 
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~

Hai teman-teman, kembali lagi bersama penulis di serba-serbi notula SPN~ 
Pada tulisan kali ini, penulis akan menuliskan poin-poin yang didapat dari materi pertemuan ke-2

Sebelumnya, penulis ingin minta maaf karena dari materinya sendiri loncat-loncat antara teori, penjelasan, dan pengalaman pembicara. Penulis sendiri bingung bagaimana merangkai notula ini agar enak dibaca oleh teman-teman. Oleh karena itu, maafkan penulis ya >,<


========================================================================

Motivasi Menikah

oleh: Bapak Adriano Rusfi (Psikolog)



Apa saja hal yang bisa memotivasi kita untuk menikah (muda) ?

1. Idealisme masih menggelora

2. Education by achievement

untuk 2 ini, penulis menghilang dulu keluar ruangan sehingga tidak mendapatkan penjelasan materinya, maaf yaa

3. Nikah sebelum mapan

  • Kenapa menikah harus menunggu mapan? Menikahlah ketika kita sedang berjuang mencari kemapanan tersebut, agar bisa mendidik keluarga untuk merasakan dan berjuang mengatasi kesulitan.
  • Kemampuan untuk berjuang adalah sebuah aset yang sulit ditanamkan kepada seseorang. Maka menikmati susahnya hidup adalah pengalaman berharga yang dapat mengantarkan ke surga.
  • Ingat Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 214
  • Banyak orangtua Indonesia saat ini sering mengatakan : “Kami ngga mau kamu merasakan apa yang jalan derita kami dahulu”. Lantas, apakah orangtua tidak ingin anaknya belajar bagaimana cara berjuang? Apakah mereka ingin anaknya hanya belajar menikmati hasil jerih payah orangtuanya?
  • Disisi lain, orang-orang sukses biasanya dididik oleh orangtua yang memiliki pendidikan anak dengan berprinsip : “Saya akan mewariskan jalan derita kepada keluarga saya”. Mereka tahu betul bahwa orang sukses itu telah jatuh bangun melewati jalan derita. 
  • Apabila menikah setelah mapan, biasanya akan bingung bagaimana cara mendidik keluarga untuk berjuang melawan kesusahan. 

4. Life begin at forty

  • Usahakan sebelum umur kita menginjak 40 tahun, anak-anak kita sudah besar dan urusan-urusan keluarga sudah selesai. Dulu umur 50 tahun, Rasulullaah mulai perang Badar, badannya segar bugar. Sedangkan jaman sekarang malah membahas penyakit dan pantangan.
  • Ada beberapa tahapan hidup (menurut pembicara)
  1. 0-15 tahun :character building
  2. 15-40 tahun : family and capacity building. Kematangan fisik berada pada posisi puncak, namun kematangan emosional dan spiritual masih kecil.
  3. 40 usia paling matang dimana kematangan fisik menurun, namun kematangan emosional dan spiritual meningkat, sehingga ketiganya mencapai titik seimbang (Q.S. Al Ahqaf ayat 15). Inilah saat yang tepat bagi seseorang agar berkarya untuk dunia.

5. Selesai urusan dunia

Jadi caleg / bos sejak umur muda, urusannya belum beres, dan menyebabkan korupsi banyak terjadi. Nikmatnya mencari kemaoanan di usia tua adalah, saat pintu dunia sudah dibuka selebar-lebarnya, hasrat kita justru sudah ditutup pelan pelan, sehingga kita sudah tidak terlalu menginginkan dunia. Dibandingkan ketika umur kita muda.

6. Dunia butuh kita

Dengan memiliki keturunan yang tidak beda jauh dengan kita, kita jadi punya asisten sendiri. Anak pembicara sudah bisa menjadi asisten pembicara dalam menyelesaikan urusan urusan pekerjaan.
Di Yogyakarta: Raja-raja Yogyakarta, meskipun bukan orang terbaik di Jogja, tapi tetap diangkat jadi raja karena sudah dikader dari kecil.

7. Tentang Jodoh

  • Q.S. Yasin ayat 36
  • Segala sesuatu sudah ada jodohnya. (Q.S Asy-syams). 
  • Jodoh tidak serta merta mengenai kita cocok dengan siapa. Jodoh bergantung kepada orang seperti apa yang cocok dengan kita. Ini mengenai kategori, mengenai suatu kelompok orang, bukan seseorang yang khusus tertentu itu saja.
  • Katakanlah kualitas kita saat ini adalah 75/100. Maka, jodoh kita adalah setiap orang yang memiliki kapasitas yang sama, atau mungkin bisa lebih/kurang sedikit. (tambahan penulis: Jika kita mencari jodoh diluar kategori itu, maka kehidupan rumah tangga akan sulit untuk harmonis.) Namun kualitas disini tidak harus dalam kategori yang sama. Misal kita penyabar, maka jodoh kita tidak harus sama-sama penyabar. Bisa jadi dia punya keunggulan lain yang membuat dia pantas untuk berjodoh dengan kita.
  • Mencari jodoh haruslah yang cocok. Cocok disini tidak serta merta harus yang mirip dengan kita. Beberapa penyebab seseorang berjodoh dengan orang lain adalah:
  1. Ada orang yang berjodoh dengan orang yang sama (similar) dengan dirinya, mungkin itu wajah, atau sifat, dsb. 
  2. Ada yang berjodoh, meskipun tidak sama namun berdekatan (seperti sendok dan garpu, walaupun berbeda tapi saling melengkapi). 
  3. Ada yang berjodoh untuk saling menyempurnakan kelebihan dan kekurangan satu sama lain. 
  4. Ada juga yang berjodoh karena saling bertentangan (yang banyak bicara berjodoh dengan yang suka mendengarkan).
  • Maka dari itu kita memperluas peluang kita untuk jodoh, jangan terlalu dibatasi oleh kriteria-kriteria yang mempersulit diri kita sendiri. Sampaikan kepada perantara kita bahwa kita mencari jodoh dengan seminimal-minimalnya kriteria. Semakin banyak filter, maka peluang jodoh kita akan semakin sedikit.  
  • Untuk kriteria lain, sampaikanlah hanya kepada Allah. Biar Allah yang menyeleksi sendiri. Jika cocok, maka Allah akan jadikan. Jika tidak, maka Allah akan batalkan. Kita sering mengucapkan bahwa jodoh itu Allah yang mengatur, tetapi tidak dibuktikan dan sering sekali ngotot. Kita sering memaksa, minta jodoh dengan orang seperti ini, sering memaksa untuk berjodoh dengan dia. 
  • Memperluas peluang jodoh juga bisa dilakukan dengan membuka berbagai sumber. Coba minta carikan kepada ayah, saudara, teman.

8. Proses mencari jodoh

  • Berjuang sekeras mungkin dan tidak dinomorduakan. Pernikahan bernilai setengah agama. dan suatu peradaban dibangun dalam keluarga terlebih dahulu. Harus totalitas karena pernikahan adalah sesuatu yang mahal.  
  • Yakinkan hati untuk bisa lapang dan tenang. Orang tak kunjung yakin dengan jodohnya karena termakan rayuan syaithan dan senantiasa dihantui rasa was-was (ingat Q.S. An-Nas)

9. Nasihat dari pengalaman-pengalaman pembicara

  • Jika ditolak saat mengajukan proses taaruf dengan perempuan, maka jangan langsung pindah ke akhawat lain. Pembicara mengucapkan bahwa jika akhawat menolak, maka dia sebenarnya sedang menguji keseriusan si ikhwan. Cobalah untuk mengajukan prosesnya, sampai 3 kali, barulah pindah ke akhawat lain. 
  • (Tambahan penulis: kalau dari penulis sih, langsung saja pindah ketika ditolak hoho. Seenaknya saja mempermainkan perasaan, kita kan bukan dukun yang tau apakah dia menolak karena tidak mau, atau menolak karena ingin menguji keseriusan. Dalam menguji keseriusan, tidak perlu berbohong seperti itu, dalam mengajukan proses saja sudah termasuk serius kok)
  • Jika kita sering menolak seseorang karena alasan tidak sreg, maka kita harus siap untuk diperlakukan sama ketika proses nanti.
  • Pembicara telah mengorbankan banyak hal untuk berkeluarga, mulai dari kesendirian, kebebasan untuk menjelajah dunia, dan masih banyak lagi. Tapi pembicara tidak pernah berbicara bahwa ia menyesal. Pembicara berharap bahwa segala hal yang ia telah korbankan, akan disediakan di surga nanti atas ganjaran pengorbanannya dalam berkeluarga.

========================================================================

Sejujurnya penulis minder banget untuk mempublikasikan tulisan ini, karena tidak rapi hoho... Semoga ada niat untuk memperbaiki tulisannya menjadi lebih enak dibaca bagi teman-teman (semoga ga wacana hahahahahaha)
Bagi teman-teman yang mau berkomentar, untuk menambahkan (atau mengurangi), silahkan komentar di kolom yang sudah disediakan~

Semoga bermanfaat ya!
Wa billaahi taufiq wal hidayah
Wassalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakatuh