Bismillaah...
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh!
Hai kawan-kawan~ Penulis kembali lagi menulis blognya yang sudah lumayan usang
hehe. Tulisan ini di dedikasikan terhadap orang-orang yang
kepo terhadap status kemahasiswaan penulis. Karena diterpa satu-dua cobaan dan ujian, penulis mencoba mentransfer energi negatifnya menjadi tulisan yang siapa tau bermanfaat dan memberi hikmah kepada kawan-kawan pembaca semua :')
Pertama-tama, penulis ingin memberitahukan bagi kawan-kawan luar ITB, bahwa "jatah" yang disediakan kampus gajah untuk berkuliah adalah maksimal 6 tahun, dengan tingkat kelulusan rata-rata FTMD (fakultas penulis) adalah 5 tahun.
Tentu tetap saja ada yang lulus 3,5 tahun dengan kegiatan kampus yang aktif dimana-mana dan
softskill yang mumpuni - ah,
terpanut di qalbu*,
lah! Namun, itu tidak menjadikan alasan untuk membanding-bandingkan seseorang berdasarkan tahun kelulusannya.
=======================================================================
"Lulus kapan?" Pertanyaan yang acapkali diajukan kepada penulis ketika bertemu dengan seseorang yang merasa dirinya peduli. Penulis dapat mengenali
kok, mana yang peduli dan mana yang basa-basi :3 Bukan indra keenam, tapi kalau kata orang itu punya
sense perasa tersendiri. Orang yang peduli itu orang yang mengetahui seluk-beluk, naik-turun, dan tajamnya pertugasan penulis, bukan orang yang seenaknya nanya pertanyaan sakral tersebut tanpa memikirkan kondisi penulis.
Penulis pernah membaca komik
Bencana Lisan karya
Vbi_djenggotten dari teman saya (maaf
ga' modal) tentang suatu kisah :
Sebut saja A yang secara asal menanyakan "Kapan nikah ?" kepada B, tanpa memikirkan latar belakang
si B. Ternyata B sudah mencoba melamar banyak akhawat namun belum takdirnya untuk menikah.
Nah loh, A bisanya nanya
doang nih, si B kan jadi teringat masa lalunya
heuh.
Daripada menanyakan hal yang berpotensi menyakitkan hati yang ditanya, lebih baik membantunya menyelesaikan masalahnya. Pada cerita tersebut juga disampaikan bahwa akhirnya ada
si C yang tidak hanya menanyakan "kapan nikah" tapi juga membantu mengenalkan B pada temannya yang mau menikah juga.
Happy ending, deh!
Kasus yang demikian, penulis banyak mengalaminya. Ketika dinasihati sedemikian rupa, alasannya : "Biar dido'akan".... Penulis berbaik sangka saja kalau sang penanya benar-benar mendo'akan penulis. Jangan lupa do'akan penulis saat hujan dan di sepertiga malam ya, jangan cuma pas dinasihatin aja :P
Kalimat tadi adalah nasihat buat penulis agar tidak asal nanya - jika kawan-kawan merasa tersentil dan tersadarkan, itu pasti hidayah dari Allah
subhanahu wa ta'ala :) Teruntuk kawan-kawan yang suka ditanya seperti penulis, baiknya berbaik sangka juga dan berterima kasih kepada penanya karena sudah memikirkan kawan-kawan :)
========================================================================
Jadi, lulus kapan? Penulis
In Syaa Allaah akan lulus saat wisuda nanti, HAHAHAHAHAH (
thank you, Mr. Obvious)
Pada suatu waktu nanti, Allah
azza wa jalla telah menuliskan takdir terindah untuk penulis di
Lauh Mahfuz. Penulis sekarang hanya perlu berusaha sekeras mungkin, berlepas diri kepada-Nya selepas-lepasnya, dan selalu bersyukur dan berprasangka baik atas pilihan takdir-Nya.
Ikhtiar-tawakkal kalau kata kawan-kawan penulis.
"Penulis kan, mapres.. ko bisa belum lulus?" kemapresan penulis hanya
hoax yang harus segera dihentikan, dan status mapres seseorang bukan penentu waktu kelulusan
"Penulis kan,
cumlaude.. ko bisa belum lulus?" sama
aja say, status
cumlaude bukan penentu waktu kelulusan seseorang. Bagi penulis,
cumlaude atau tidak
cumlaude hanya dibedakan dari dapat-boneka-dan-flashdisk-dan-update-status-bijak-dan-panggilan-tambahan-saat-wisuda, nothing more.
Semua punya
timeline nya masing-masing. Ada yang lulus cepat, ada yang
ga lulus-lulus. Ada yang nikah cepet, ada yang
ga nikah-nikah. Ada yang mati cepet, ada yang
ga mati-mati (iya kamu, kenapa
ga mati-mati
sih - canda :P). Semua ada waktunya, tak ada kata terlambat, tak ada kata terlalu cepat, Kita tidak berlomba dengan orang lain, kita berlomba dengan diri kita yang kemarin. Sungguh merugi, orang yang dirinya pada hari ini sama dengan dirinya yang kemarin.
========================================================================
Banyak hikmah yang penulis dapat dari ditundanya kelulusan penulis.
Penulis jadi dapat bertemu dengan berbagai macam orang dengan berbagai latar belakang dan problematika hidup. Membuat penulis sering tertonjok dan merasa kurang bersyukur atas segala yang dihadapi oleh penulis. Bertemu dan dekat dengan seseorang yang punya penyakit parah, dengan seseorang yang broken home, dengan seseorang yang akademiknya terancam, yang bingung bagaimana caranya je Jepang pun ada ^^v
Penulis jadi sadar kalau penulis masih belum sabar, masih banyak
update status galau dimana-mana dan banyak curhat kemana-mana.
How shameful you are! Masih sering
moody dan nyebarin
badmood nya kemana-mana.
Penulis juga ditegur langsung oleh Allah subhanahu wa ta'ala :') Akhir-akhir ini sering dapat surat At-Talaq (surat ke 65), yang potongan ayatnya berbunyi :
"... Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar (ayat 2)"
"... Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu (ayat 3)"
"... Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya (ayat 4)"
"... dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia
akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya
(ayat 5)"
dan yang paling kena,
"... Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan (ayat 7)"
Walau secara teori tau, penulis jarang menerapkannya di dunia nyata. Penulis tahu kalau begini dan begitu, dan harusnya begini dan begitu. Seringkali nasihat dan semangat teman hanya di "ya iyalah itumah common sense". Maafkan penulis kawan-kawan, tolong maafkan.
========================================================================
Sebenarnya, masih banyak yang ingin penulis sampaikan.. namun, entah mengapa rasanya tulisan dalam satu judul ini sudah terlalu banyak ><
Jika Allah mengizinkan, maka penulis akan membuat bagian dua dari -telatnya kelulusan penulis-
Bahkan dalam telatnya kelulusan yang sekarang pun, penulis sebenarnya yakin bahwa Allah punya rencana dan hikmah hikmah lain untuk penulis. Namun penulis belum menemukan cara yang pas untuk mengekspresikannya lewat status-status media sosial hehe
Sekian dulu dari penulis, semoga kawan-kawan yang sedang
berjuang menyelesaikan kuliahnya diberi kekuatan lebih oleh Allah subhanahu wa
ta'ala untuk menyelesaikan amanahnya, dan tidak cepat berputus asa seperti penulis :'))
Penulis mohon maaf apabila ada yang tersinggung dengan tulisan ini. Kesamaan peristiwa pada cerita diatas disebabkan oleh kesengajaan penulis :P
Semoga kawan-kawan mendapatkan hikmahnya masing-masing, dan mendapatkan sudut pandang yang lain dari sisi penulis !
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
*terpanut di qalbu = ekspresi penulis untuk mengungkapkan rasa kagumnya terhadap orang yang terbaik dan panutan di jiwa