Monday, October 24, 2016

How to Handle Writer's Mood Swings - Part 1: Low Self-Esteem

Bismillaah... Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh guys :)

Pada tulisan kali ini, In Syaa Allaah penulis akan memberitahu beberapa penyebab dan cara yang mungkin berguna buat kamu yang udah kesel sama kecepatan perubahan mood penulis. Kamu juga mungkin bingung apa yang harus dilakukan kalau si penulis ini sedang menularkan mood ini kepada orang-orang sekitarnya. Semoga pengetahuan ini dapat digunakan secara semestinya dan harapannya kamu bisa memberi saran kepada penulis - atau paling tidak, memaklumi keadaan penulis :')

1. Minder dan Guilty
Salah satu penyebab hilangnya mood penulis adalah sesuai judulnya: low self-esteem.
Yak betul sekali ! Seorang penulis yang dibalik cerita-cerita anaknya aktif, bocah, dan kelihatan selalu bahagia - alhamdulillaah, semoga yang diceritakan itu bisa jadi kenyataan - ternyata suka merasa minder.

Rasa minder ini biasanya menjadi parah ketika penulis merasa bersalah saat melakukan satu atau beberapa kesalahan sehingga membuat orang lain merasa illfeel terhadap penulis. Penulis menjadi kesal terhadap ketidakmampuan atau ketidakbecusan dirinya sendiri (penulis itu orangnya terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya). Akibatnya, penulis menjadi (sangat) murung dan enggan untuk bergerak aktif. Jika kamu-kamu melihat penulis yang memiliki ciri-ciri tersebut (muka murung, enggan beraktifitas), mungkin beliau sedang mengutuk dirinya sendiri u_u


2. Contoh kasus
1. Penulis mendapatkan pesan bagus atau butuh bantuan, dan ingin membantu teman tersebut dengan menyebarkan pesan tersebut kepada orang lain. Namun karena terlalu terburu-buru, penulis lupa menanyakan apakah hal ini boleh disebarkan atau tidak, sehingga hal yang mungkin bersifat pribadi bagi pengirim pesan menjadi tersebarkan. Sang pengirim pesan marah dan BAM! Datanglah rasa bersalah yang difollow-up dengan rasa minder. Penulis menjadi takut untuk membantu orang lagi karena takut akan melakukan hal yang sama, dan terus menerus mengutuk dirinya atas ke'tergesa-gesa'annya.

2. Penulis merasa bersalah karena dibilang terlalu mencampuri urusan orang. BAM! Rasa bersalah datang lagi, minder, dan akhirnya takut untuk menanyakan kabar atau menawarkan bantuan terhadap kehidupan pribadi orang lain.

3. Pengobatan 
Alhamdulillaah mood ini tidak menular. Dalam kondisi ini, penulis merasa takut untuk bertemu orang lain dan memilih untuk menyendiri dalam beberapa waktu kedepan. Sambil memikirkan perbaikan apa yang harus dilakukan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, penulis pun memikirkan bagaimana cara meminta maaf sesungguh-sungguhnya kepada pihak yang tersakiti. Ucapan semangat mungkin tidak akan banyak membantu... 
Penulis akan semangat bila melakukan suatu hal yang membuatnya merasa berguna. Kepercayaan kamu-kamu terhadap beliau membuat penulis merasa bukan seonggok sampah yang numpang hidup di Bumi ini. Dan tentunya, pemberian maaf dari pihak yang tersakiti sangatlah membantu penulis dalam memaafkan dirinya sendiri.

Rasa minder memang berbahaya bagi diri sendiri, salah satunya dapat menyebabkan inferiority complex (kaya yang tau aja qi itu apaan haha). Penulis juga sepenuhnya sadar bahwa mood itu bukan hal yang baik kalau terlalu diekspos kepada orang lain. Namun terkadang ego penulis lebih besar dan mengalahkan akal sehat sehingga yah, seperti yang kamu lihat, bahwa penulis gampang sekali berubah mood. -_-"

Seperti yang telah penulis sebutkan di atas, harapannya dengan adanya tulisan ini kamu-kamu bisa tahu manuver apa yang sebaiknya dilakukan ketika menghadapi sosok penulis yang sedang berubah moodnya hehe. Minimal, sebisa mungkin penulis ingin kamu memahami keadaan penulis (maaf kalau bagian ini agak egois). Harapan paling besarnya sih, kamu dapat memberi saran kepada penulis apa yang harus penulis lakukan untuk mengatasi rasa minder dan rasa bersalah yang sering melanda penulis.

Akhir kata, semoga kamu-kamu bisa terhindar dari mood penulis dan kita semua dapat memahami satu sama lain. Tetap semangat menjalani hidup, be yourself, forgive yourself. Let the past be a lesson to learn. Don't be sad, always be grateful for all the things that Allah gave to you. Penulis meminta maaf sesungguh-sungguhnya bila banyak korban yang berjatuhan akibat mood penulis, dan mungkin kamu yang sedang membaca ini adalah salah satu korbannya. Semoga penulis bisa bertindak lebih dewasa lagi, bertambah baik dan selalu memperbaiki diri sendiri dan sekelilingnya.

wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh~

3 comments:

  1. wkwk, lebih tepatnya sih Qi. Biar kami bisa belajar juga, misal ke depannya, mendapati orang macam kamu :v

    thanks for nice sharing Qi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Windaaa zz komennya somehow nyebelin haha

      You are welcome (y) Kapan-kapan Rifqi tak mampir ke blog Winda deh

      Delete
    2. wkwk maap atuh qi, kadang2 aku emang nyebelin haha
      tapi emang bener kok, nice sharing ituh :)

      Delete