Wednesday, September 21, 2016

Aku ? Jadi Duta Islam?

Bismillaah....
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh~

Kawan-kawan, tahukah bahwa kita-kita ini adalah duta Islam? Lalu, bagaimana seharusnya duta Islam bersikap dalam kehidupan sehari-hari?

Pada suatu hari, mentoring malam bersama kang A*** (beliau request untuk tidak disebut namanya) , diawali dengan tilawah dan kemudian cerita suatu peristiwa yang terjadi saat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memasuki kembali kota Makkah, yang biasa dikenal dengan peristiwa Fathu Makkah (bukan Fathul Azhar). 

Pada saat itu, penduduk Makkah sudah tidak dapat melakukan perlawanan dan merasa takut akan pembalasan Rasulullah atas perilaku mereka kepada beliau dulu. Dulu, penduduk Makkah pernah menghina, mencaci maki dan menganggap Rasul itu gila dan penyihir. Tidak hanya itu, Rasul juga dilempari batu, ditaruh kotoran dan benda tajam sepanjang perjalanan, diboikot, dan hampir dibunuh ketika beliau sedang tidur. 

Ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam membereskan Ka'bah dan isinya, kaum Quraisy berkerumun menunggu keputusan Rasul. Beliau kemudian bersabda: 

"Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?”

Mereka menjawab:
“Yang baik-baik, sebagai saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.” (Karena takut dibalas dengan perlakuan yang serupa, kaum Quraisy mencoba untuk memuji-muji Rasul)

Rasulullah kemudian membalas:
"Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!"

Dan memang saat itu, di awal mentoring kami membaca Qur' an Surat Yusuf ayat 92 yang menceritakan tentang pemberian maaf dari Nabi Yusuf 'alaihissalaam kepada saudara-saudaranya. Betapa indahnya ketika kita saling memaafkan, saling toleran, dan mengingatkan - dengan cara yang baik, meskipun kepada orang yang berbeda agama dengan kita. Kepada non-muslim saja kita harus berlaku adil seperti kepada teman baik, apalagi kepada saudara kita sesama muslim.

===================================================================

Di zaman sekarang, banyak sekali diantara kita-umat muslim yang saling mengkafirkan dan membid'ahkan sesama muslim. Walaupun kita tahu dan harus tegas bahwa sesuatu memang bid'ah ataupu melanggar aturan Islam, bukan berarti kita dapat berlaku kasar kepada pelanggarnya. Bisa jadi karena perilaku umat muslim saat ini, ada seorang non-muslim yang hampir mu'allaf batal masuk Islam dan malah menjadi anti-Islam.

Tentu kita tahu bahwa Islam itu benar dan muslimnya lah-yang tidak merepresentasikan Islam dengan benar. Namun, kita tidak dapat memaksa orang lain untuk tidak melihat Islam dari diri kita. Karena setiap muslim itu adalah duta Islam, setiap muslim itu adalah cerminan Islam di mata non-muslim. Apa yang kita lakukan kepada sekitar kita, maka itulah Islam menurut mereka.

Maka dari itu, selain mempererat hubungan kita dengan Sang Pencipta, Allah juga memerintahkan kita untuk menjadi rahmatan lil 'alamin, berbuat yang makruf, menjauhi yang munkar. Menjalin hubungan yang baik juga terhadap sesama manusia dan alam sekitar, itulah Islam. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta'ala pada Al-Qur' an:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali-Imran : 104)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam juga diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Dengan perangai beliau yang luar biasa, patutlah beliau diberi gelar manusia terbaik. Dan mungkin, atas izin Allah, Islam dapat mudah diterima oleh kaum non-Islam di masa itu karena sang Al-Amin lah yang membawakannya, dan mencontohkan akhlak yang terbaik yang dapat dimiliki seorang manusia. Menjenguk orang sakit yang suka menyakiti beliau, menyuapi makan orang buta yang mencaci beliau, dan menolak tawaran malaikat menimpakan gunung kepada kaum yang melemparinya batu - bahkan mengampuni juga mendoakan mereka.

Dakwah berarti mengajak, mengundang untuk datang - dan suatu undangan tidak sepatutnya dilakukan secara kasar ataupun secara paksa. Bila dipaksakan, yang terjadi hanyalah pemberontakan dan rasa tidak suka yang lama-kelamaan menjadi bumerang bagi sang pengajak.

Memang setiap orang memiliki perannya masing-masing, ada yang memiliki passion untuk mencari ilmu Islam, ada juga yang memiliki passion untuk menyebarkan indahnya Islam. Semua memiliki nilainya sendiri yang hanya diketahui oleh Allah. Yang bisa kita lakukan adalah saling mendukung satu sama lain agar terciptanya kejayaan Islam di bumi ini, In Syaa Allaah...

Akhir kata, semoga kita dimudahkan dan tidak menyia-nyiakan untuk berpartisipasi dalam menegakkan Islam. Adapun apabila ada redaksi yang diragukan kebenarannya, saya sebagai penulis merasa sadar akan kurang ilmu dan meminta saran, masukkan, maupun komentar terhadap tulisan ini agar tercipta tulisan yang lebih baik kedepannya.

Wallaahu a'lam

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

No comments:

Post a Comment